Taman Sorga
Dan ketika rindu, ku hanya bisa ungkapkan lewat gitar serta
harmonika.
Berharap mereka bisa mengantarkan rinduku padamu
Sekian lama sudah kita tak berjumpa, kawan. Apa kabarmu
disana? Aku rindu ketika kita memecah ombak bersama, mencuri mangga dan membuat
rujak bersama, membuat tugas kuliah tapi unjung ujungnya kita malah kelayapan
di pasar mencari bahan masakan dari resep yang kita dapat di google, rindu
menerjang angin malam sambil memaki para polisi yang suka mengejar kita karena
menerobos lampu merah.
Ingatkan waktu kita tertangkap? Kau gugup sampai kencing
dicelana? Dan aku dengan enteng menjawab "maaf pak polisi, teman saya buta
warna"
Tentu saja polisinya tidak percaya dan tetap menilang kita
Syukur itu cuma sekali dari ratusan kegilaan yang pernah kita
alami bersama. Namun ingat polisi itu tidak akan pernah bisa menghentikan
kegilaan kita.
itu katamu dulu ketika kamu belum sadar celanamu basah bau
pesing.
hahaha...
Aku sedang di Taman Sorga, tempat kita dulu berbaring
bersama melihat bintang , iya itu taman yang tak seorang pun berani berbaring
disana, mereka tak berani tapi kita? Jangan tanya lagi, taman itu sampai kita
namai sendiri : "Taman Sorga" lengkap dengan tanda kencing kita
layaknya anjing yang menandai wilayahnya.
![]() |
Tanam Sorga ada Di Pulau ini, Pulau yang Konon Katanya Indah. |
Kini aku berbaring sendiri disini kawan, di Taman Sorga yang
kita namai dulu
melihat sorga dari sini, mungkin juga kamu melihat aku dari
sana,ya mungkin saja kalau kamu tidak sedang sibuk berpetualang dengan teman
baru mu disana.
3 tahun lalu, kita kesini terakhir kali ketika habis menyelesaikan
ujian akhir kalkulus, dan kamu berucap "kayang ne, saye ne kar ngoyong ditu" sembari kamu menunjuk
kumpulan triliunan bintang berbentuk menyerupai sungai dan beberapa rasi
bintang.
Para bintang itu akan berterimakasih kepada kita kawan,
karena kita memberikan mereka nama Sorga, dan taman yang sering kita kencingi
serta kita coret dengan pesan pesan pemberontakan kepada pemerintah yang pro
kepada insvestor, bukan kepada para rakyak kecil, pemberontakan kepada manusia
yang sok suci mengatasnamakan agama dan keluarga besar menindas yang lemah,
berontak kepada situasi dikampus yang meminggirkan kita karena IP kita kecil,
lucunya kita memberontak kepada orang orang yang suka melanggar lampu merah
juga ya itu kita sendiri.
Ini taman pemberontakan yang kita sebut Taman Sorga karena
dari sini kita bisa melihat sungai langit yang membawa triliunan bintang
bersama nya, bak sorga indah yang di elu elukan oleh para pendosa bangsat yang
berharap mendapat sorga setelah mem bom teman sebangsa nya yang beda keyakinan.
Hai kawan, kini aku sudah sarjana dan bekerja sebagai guru serta
pemberontak seperti dalu, cuma kini aku lebih rapi dan tak kencing sembarangan lagi
layaknya anjing haha
Seharusnya kita wisuda bersama, photo bersama dan syukuran
bersama karena kita IP di bawah rata rata bisa wisuda juga, bisa berjabat
tangan dengan rektor dan tentunya kita punya banyak cerita indah yang agak
bangsat untuk di ceritakan kepada anak cucu kita kelak, beda dengan mereka yang
kuliah cuma untuk mengejar IPK tinggi 4,0. Iya aku akui mereka hebat lebih
hebat dari kita kan kawan?, dan kita selalu tertawa melihat mereka ketika
mereka stress berat karena IP mereka turun, IP turun? Kita mah biasa saja,
hahaa..itu membuat mereka iri kepada kita dan menyisihkan kita dari geng mereka
yang kampret itu.
Sudahlah kawan, aku tak mau bercerita banyak soal mereka,
kini mereka sudah sukses dengan jalan mereka sendiri, dan aku pula sukses
menikmati jalanku.
Oya kawan, Taman Sorga kini telah berubah, sudah banyak
gedung bertingkat dan sawahnya sudah berubah jadi beton, plang jalur hijaunya
membisu tak bisa berbuat apa untuk melarang para manusia kampret merusak jalur
hijau, tapi untung masih ada sisa sedikit untuk aku menikmati sisa taman sorga
ini sebelum berubah menjadi beton semua,
Kawan, sejujurnya ingin ku beli bangunan bertingkat ini,
bukan untuk memperkaya diriku tapi kan ku bongkar dan ku jadikan sawah lagi,
sebagian ku pakai sekolah dan sisa puing puingnya aku gunakan mengubur para
oknum pemerintah yang hanya diam melihat ada pembangunan di jalur hijau.
Di sorga sana apa sama ada pelanggaran jalur sorga? Haha
mudah mudah itu bukan kamu, layaknya seperti masih menjadi manusia yang suka
menerobos lampu merah.
Oya kamu tahu kawan, kini aku jadi guru matematika yang di
senangi para siswa, bukan karena IP ku mendekati 4,0 atau guru yang pintar
mebodohi mereka dikelas, tapi karena aku bisa tampil apa adanya, menyatu dengan
mereka layaknya menjadi teman belajar yang terkadang aku belajar banyak juga
dari mereka namun adakalanya aku pura pura galak biar kayak dosen kita dulu
hahaa..iya aku galak karena mereka tak mau belajar dengan sungguh sunguh
layaknya kita dulu, itu cuma pura pura saja aku galak karena sesungguhnya aku
sayang dan ingin melihat mereka tumbuh jadi anak anak yang akan merenovasi
bangsa kita yang kian rusak kawan.
Kawan, kau merayakan nyepi juga di sorga? Aku kesal dengan
nyepi ku kali ini, dirusak oleh mereka yang tak mau menghargai nya sebagai
budaya luhur, iya mereka orang Bali sendiri, mereka berjudi, mereka keluar
rumah berphoto ditengah jalan raya yang sedang sepi dengan bangganya mereka
upload ke media sosial berharap di kira keren oleh orang lain, mereka tak sadar
merendahkan budayanya sendiri ya kawan, semoga kau setuju kawan dengan
pandanganku soal itu.
Sebelum nyepi aku sempat ke Pura Besakih sembahyang ada
odalan di pura kawaitan ku Bali Mula,
aku sempat berdebat dengan pengujung disana yang tentunya
tamu domestik dan bukam orang Hindu, aku komplin mereka mamasuki kawasan suci
pura tak menggunakan pakaian layaknya aturan memasuki pura, minimal selendang
lah atau alangkah bagusnya memakai kamen
dan senteng biar sopan dan kesannya
menghormati orang Hindu yang sedang melaksanakan persembahyangan.
Tapi aku berdebat sudah sopan tak seperti dulu ketika aku
berdebat dengan para dosen yang gelar pendidikannya panjang, lebih panjang dari
namaku haha.
![]() |
Tukang Photo ini Salah Satu Mata Duitan, Cuma Duit dan Tanpa Mau Ikut Menjaga Kesucian Pura Besakih |
Dari debat itu, aku menemukan banyak kasus cukup serius,
sesungguhnya para tamu itu, aku sebut mereka tamu karena mereka datang bukan
untuk sembahyang melainkan melihat lihat, memphoto dan di photo kemudian
mengunggahnya ke media sosial.
Nah para tamu ini, berani memasuki kawasan suci Pura Besakih
tanpa busana adat minimal kamen atau
selendang yang di ikat di pinggang, itu karena aturan yang di berlakukan tidak
dibarengi dengan sanksi yang tegas kalau ada tamu yang melanggar, jadi kesannya
dibiarkan begitu saja oleh mereka masuk ke kawasan suci pura disana, nah mereka
itu siapa? Iya tentu pertama penjaga tiket masuk yang tugasnya menghitung
berapa orang di dalam mobil kemudian minta uang yang besarnya sesuai dengan
jumlah orang di mobil plus biaya parkir, aku tak sebutkan harganya karena bisa
berbeda setiap harinya dan bisa berbeda pula kalau penjaganya berbeda,jadi
disana tidak ada pemberitahuan untuk menggunakan pakaian adat, hanya uang yang
di ingat.
Selanjutnya sampai di jaba
pura, akan ada kawanan guide lokal
menawarkan jasa sebagai pemandu memasuki pura, di bagian ini ada guide yang menyarankan para tamu untuk
menyewa pakaian adat kurang lebih 10K untuk kamen dan selendangnya.
Parahnya ada pula guide
yang langsung transaksi harga serta kadang memaksa untuk menggunakan jasa
mereka, tanpa mengindahkan kenyaman tamu dan tanpa memberi himbauan agar
menggunakan pakaian adat bagi tamu kalau mau masuk ke kawasan suci pura Besakih,
kembali ke hanya uang dan kesan memaksa.
![]() |
Guide ini Salah Satu Mata Duitan, Cuma Duit dan Tanpa Mau Ikut Menjaga Kesucian Pura Besakih |
untuk guide yang
bukan lokal, artinya tamu atau travel sudah membawa guide langsung, guide non
lokal ada yang menghimbau para tamu menggunakan pakaian adat ada pula yang acuh
tak acuh soal pakaian memasuki kawasan suci pura Besakih.
![]() |
Sembraut |
Selanjutnya ada pedagang yang tidak di tata secara rapi, dan
anak anak kecil yang berjualan, gaya atau teknik menjualnya memaksa untuk
membeli dengan tampang memelas utamanya yang anak anak. Oke ini kasus dari sudut
tak nyaman.
Bagaimana yang tamu gak memakai guide, dan nyelonong masuk tanpa pakaian adat? Siapa yang menegur?
Jawabannya hapir tidak ada, bahkan mungkin tidak pernah ditegur kecuali aku
mungkin yang rela berdebat menegur mereka, terus guide lokal, pedagang yang semeraut itu serta jasa tukang photo itu
tidak menegur tamu yang masuk tanpa pakaian adat? Oke jawabannya TIDAK,
buktinya mereka sibuk sendiri tanpa peduli pakaian yang digunakan oleh tamu
itu, yang mereka pedulikan cuma uang yang bisa mereka raup dari para tamu itu.
Padahal di Pura Besakih itu sudah ada tulisan di larang naik kecuali
sembahyang, lah para tamu tetap saja di biarkan naik (masuk ke Penataran
Agung), terus buat apa ada papan itu? Cuma pajangan? Apa cuma biar seram saja?
Terus haruskah umat Hindu yang berasal dari luar Besakih,
terganggu oleh para tamu karena aturan yang tak tegas? Haruskan umat Hindu lain
yang bersal dari luar Besakih yang menegur para tamu itu?
![]() |
Meraka Tanpa Guide, Seharusnya di Loket Tiket diberikan Informasi |
Itu secuil masalah kecil karena ketidak pedulian akan nasib
kesucian Pura Besakih di masa akan datang.
Yang di pedulikan cuma uang dan uang dari para tamu, aku
paham kalian butuh uang namun seimbangkan lah dengan ikut menjaga kesucian Pura
Besakih, kalian tidak berpikir tamu akan lebih hormat kepada kalian kalau
kalian mau tegas dan memberikan kenyamanan kepada mereka, tidak perlu dipaksa
kalau tidak mau menggunakan jasa guide,
namun harus tegas jangan dikasi masuk kalau tidak mau menggunakan pakaian yang
tidak sesuai dengan aturan, dan jangan dibiarkan masuk ke areal yang memang
tidak boleh, maka para tamu akan penasaran dengan apa yang ada di dalam, tentu
rasa penasaran itu bisa dijawab oleh para guide,
disana lah peran guide sesungguhnya memberikan
informasi bukan memaksa untuk digunakan jasanya kelihatan sekali kalian murahan
kalau seperti itu.
![]() |
Itu Ada Papan Pengumuman tapi Tetap Saja ada Tamu yang Naik tanpa Busana Adat. |
Nah tentu kesucian Pura bukan hanya Besakih tapi pura pura
lainnya di Bali, harus di jaga bersama,
bukan hanya orang lokal di desa pura itu berada, cara nya gampang ramah
dan peduli serta sopan, ada tamu masuk ke areal pura tanpa mematuhi aturan,
sapa dulu kemudian beritahu kesalahannya, dan agar dia mau mematuhi aturan yang
berlaku, kendala bahasa? Pakai saja bahasa tubuh, gak bisa juga? Tunjukkan saja
pintu keluar sama tamunya sambil triak triak tidak jelas, lebih baik terkesan
tidak ramah untuk mejaga kesucian pura dari pada ramah membiarkan mereka masuk
ke areal pura tanpa mematuhi aturan, ayo pilih yang mana? Mau di cap orang Bali
bisa dibayar kesucian pura nya? Atau orang Bali itu tegas saya terkesan sekali
cara mereka menjaga kesucian Pura nya? Ayoo di pilih di pilih hehe..
Ada kata kata "jangan dimarah nanti mereka tak mau
datang kesini lagi"
Kalau kalian memang peduli dengan nasib dan kesakralan Pura Besakih
dan Pura pura lain di Bali, kalian tak akan takut pura kalian tidak di kunjungi
oleh mereka, toh kalian ngodalin yang ngayah siapa? Yang buat banten siapa?
Yang lebih banyak medana punia siapa?
Jawabannya adalah Orang Hindu yang sembahyang di pura itu,
dan beberapa orang / perusahaan yang menghormati kesakralan pura serta mau
menyumbang agar diberkahi oleh Hyang Widhi.
dan bukan para tamu yang tidak mau mematuhi aturan itu yang
menanam andil dalam odalan pura disana.
Jangan lah pikirkan uang yang masuk ke kantong kalian saja,
yakinlah kalau kalian bisa menjaga kesucian dan kesakralan Pura Besakih dan
pura pura lainnya, niscaya para tamu akan hormat kepada budaya kita, dan rejeki
akan semakin dilancarkan olehNya.
Jaga kebersihan lingkungan, kenyamanan dan keamanan areal
pura niscaya kantong kalian akan lebih berisi meskipun tidak lewat para tamu
itu, Tuhan akan mengirim rejekinya lewat jalan lain dan itu pasti.
Bener kan kawan? Aku banyak bercerita yang belum tentu di
dengar oleh mereka yang jauh lebih pintar dan berkuasa dari pada aku, tapi aku
yakin kamu mendengarkan apa yang aku ceritakan kepada mu kawan, meskipun kamu
jauh di sorga sana.
Sampaikan ceritaku ke pada Tuhan ya? Meskipun Beliau maha
tahu, aku ingin cerita ini dapat menyadarkan orang orang betapa pentingnya kita
menjaga Bali agar tetap stabil, suci, sakral, ramah, sorganya dunia dan pulau
seribu pura bukan seribu bangunan bertingkat serta bangunan tinggi lainnya.
Kawan sampaikan maaf ku kepada Tuhan, ku tak bisa berbuat
banyak untuk menjaga Bali tetap lestari dan ajeg, karena orang orang sepertiku
sedikit jumlahnya, lebih banyak mementingkan isi perut mereka masing masing
tanpa peduli dengan lingkungan alam sekitar, sampaikan kepada Tuhan, tegur
pejabat kami yang tidak bekerja demi rakyat, yang mengambil ke putusan
mengeluarkan SK yang akan merugikan masyarakat Bali, tegur lah mereka yang
jahat dengan Bali agar mereka sadar dan mau mencintai Bali, karena Bali adalah
Pulau penuh dengan ke sakralan yang patut di jaga oleh semua orang, dari Bali
untuk Bali oleh semua
![]() |
Ini Baru Tamu yang Berkualitas, Sudah Cantik, Pintar dan Mau Menghormati Budaya Bali. Suksma |
![]() |
Trio Kuning, Mereka Berpose dengan senyum manis dan Kamen nya. |
![]() |
like Father like son, Akur dan Menghargai Budaya Bali dengan Menggunakan Kamen saat Memasuki Pura Besakih |
![]() |
Ini Photo Pura Besakih Ketika Masih Nyaman Tanpa Dangang Asongan dan Tamu yang tak Menghormati Budaya Bali |
Kawan aku pamit yah dari Taman Sorga ini, aku harus istirahat
karena besok aku harus menemani anak anak ku disekolah belajar agar mereka bisa
membangun bangsa ini mejadi lebih baik dan tidak merusak budaya bangsa.
Terimakasih kawanku jaga sorga ku disana, suatu saat nanti
aku akan datang kesana dan melanggar lampu merah bersamamu disana.
NB: Semua gambar di tulisan ini, berasal dari Google, Suksma.
Komentar
Posting Komentar