Tradisi “Kuno” untuk Alam yang Lebih Baik
Sekali setiap 420hari Aku melaksanakan sebuah tradisi yang sudah
ada sebelum Negara Indonesia tercipta, sebuah tradisi yang sudah ada sebelum
zaman kerajaan di Bali ada (didapat dari
berbagai sumber) dan kini sudah diakui serta dihormati oleh Dunia, yaitu Nyepi,
Tradisi untuk menyambut Tahun Baru Caka yang
silih berganti dan memberikan kesempatan alam untuk bernafas bebas dari
aktivitas manusia.
Sejarah bagaimana terciptanya tradisi Nyepi mungkin
sudah bisa di searching di Google, dan bagi yang tertarik bisa dilengkapi
dengan mencari cari “babad-babad” atau lontar-lontar di museum.
Ini adalah kesian kalinya aku melaksanakan Tradisi
ini, dan kesekian kalinya juga tradisiku dihina oleh mereka yang bukan orang
Bali. Aku tidak marah dengan mereka, karena Agama ku mengajarkan cara marah
yang berkwalitas, yaitu kasih sayang dan introfeksi diri.
Ketika ada yang menghina Aku, Aku berusaha
tersenyum, iya cukup dulu dengan senyum karena langkah selanjutnya akan lebih
sulit, yuitu bercermin. Bercermin adalah proses introfeksi diri yang sulit,
lebih lebih ketika bercermin saat emosi negative sedang bergulat dikepala, dan tidak singkron dengan hati, dimanakah
salahku?, dimanakah hinaku? Apa yang harus aku lakukan untuk merubah hinaan itu
menjadi sebuah kebanggaan bagiku dan
bagi mereka?
Susah untuk mejawab beberapa pertanyaan sederhana
tadi,,,iya susah karena semua itu tertutupi oleh cover “aku selalu benar dan
terbaik”
Banyak yang marah di media sosial ketika tradisinya
dihina, dimaki dan dilecehkan, seperti curhatku tahun lalu yang masih terkaitdengan tradisiku ini. Aku heran dengan mereka, mereka marah ketika dihina orang
lain yang beda kepercayaan dengannya. Namu mereka yang marah tidak bisa
menghargai tradisinya sendiri, banyak yang bersepeda keluar rumah, ada yang
bermain bola dijalan, ada yang photo photo tiduran dijalan, dan aja juga yang
berjudi ketika tradisi ini berlangsung.
Dan mereka yang tidak mau menghargai tradisinya
sendiri marah kepada orang yang menghina tradisi mereka, lucu kan? Itulah kenapa
Aku bilang tahapan setelah tersenyum itu susah.
Ini sedikit gambaran sebuah kasus, kenapa mereka
berani menghina dan tidak menghormati tradisiku. Di sebuah desa tetangga, kebetulan di desa itu
ada beberapa keyakinan, aku sebut keyakinan karena kalau aku sebut Agama, aku
yakin Agama mereka tidak mengajarkan untuk tidak menghormati orang tradisi
orang lain. Mereka menghidupkan bunyi-bunyian keras, alasan mereka adalah
beribadah. Aku yakin yang mereka
percayai tidak tuli, apalagi ketika
Nyepi suara sekecil apapun pasti didengar oleh yang punya telinga. Akhirnya “pecalang”
menegur mereka, tahu apa jawaban mereka? Mereka memperlihatkan beberapa photo
yang menunjukkan kalau ada orang Bali yang bersepeda, main bola, dan tiduran
dijalan, terus kenapa kami tidak boleh menghidupkan soundspeaker dengan volume
keras? Kalau kalian ada di posisi pecalang apa yang kalian jawab??
Tahu kan kenapa mereka berani menghina dan tidak
menghormati tradisi kita? Iya itulah manfaatnya belajar tersenyum dan bercermin
sebelum marah dengan yang menghina kita.
Sambil merenung, marilah kita perbaiki diri kita
untuk dapat menghargai tradisi kuno kita ini, menurutku tradisi Nyepi ini bukan
sekedar bagaimana menjalankan Brata Penyepian, tapi bagaimana kita
memperlakukan alam semesta ini, karena aku yakin ketika Nyepi , alam kita diberikan kesempatan untuk
bebas dari aktivitas manusia, disanalah akan tercipta keseimbangan alam.
Manusia diberikan kesempatan untuk
melaksanakan untuk menyeimbangkan diri juga lewat catur brata penyepian, amati geni (tiada
berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api) api yang maksud bukan
hanya sekedar api yang nyata, melainkan api yang tidak nyata, api yang ada
didalam diri, yang sering disebut amarah,
belajar juga untuk menghargai gelap dan mesyukuri cahaya alam yang bisa kita nikmati
dengan gratis, amati karya (tidak
bekerja) tidak bekerja ya libur, untuk apa libur? Ya untuk beristirahat agar di
tahun baru tubuh kita segar kembali, untuk
berkumpul dengan keluarga, , amati
lelungan (tidak bepergian)
tidak pergi berarti kita dirumah atau ditempat suci, lebih bisa mengenal tempat
kita sendiri, apa yang perlu kita tambahkan atau kurangi atau apa yang bisa
syukuri dari apa yang kita sudah punya dan amati
lelanguan (tidak mendengarkan
hiburan, buka internet, ataupun upload photo photo) bosan? Iya pasti kalau anda
tidak bisa mensyukuri suara alam, desiran angin bahkan suara hujan, dan suara
burung juga.
Demikianlah
untuk masa baru, benar-benar dimulai dengan suatu halaman baru yang putih
bersih. Untuk memulai hidup dalam tahun baru Caka pun, dasar ini dipergunakan,
sehingga semua yang kita lakukan berawal dari tidak ada,suci dan bersih. Semua
itu menjadi keharusan bagi Aku dan para Aku yang lainnya agar memiliki kesiapan batin untuk
menghadapi setiap tantangan kehidupan pada tahun yang baru.
Dan Aku
ucapkan banyak terimaksih bagi yang sudah melaksanakan Tapa Brata Penyepian
dengan hikmat, semoga amal baikmu ditahun baru ini kalian menjadi lebih baik,
serta bagi yang menghina, terimakasih juga itu akan menjadi sebuah cermin bagi aku
yang tersakiti, dan kami yang sedang melakukan proses perbaikan diri dan mohon
hormati tradisi kami, kalau memang tidak mau mengikuti tradisi BALI, silakan tinggalkan BALI dengan damai.
“bahwa Bali ini memang memiliki perbedaan dan barang
siapa yang hendak hidup di Bali, harus menyadari; bahwa di masa ini, salah satu
asset ekonomi Bali, yang menghidupi kebanyakan bukan orang Bali adalah dari
tradisi, agama, budaya dan seni. Bukan dari pemandangan!. Nyepi adalah ritus
untuk Bumi dan semesta, ini sifatnya tidaklah untuk meagamakan, namun ini
spiritnya kepada siapapun juga yang tinggal di bali adalah untuk mengajak dan
menyadari; bahwa ada panca mahabhuta; lima energi besar, yang menjadi kekuatan
kehidupan itu perlu diberikan ruang untuk mengobati dirinya. Nyepi adalah
proses penyembuhan, air, udara, tanah, suara, dst; seluruh elemen lingkungan
hidup ini dalam era masa ini apalagi; polusi, polutan; dst. itu perlu direhat
sejenak; secara modern; nyepi adalah terapi terbaik bagi alam semesta ini.
Karena setiap orang; mau agama apapun; dia perlu udara, dia perlu air, dia
perlu keheningan; bukan kebisingan, dia perlu merasakan belajar dalam
kegelapan, untuk menghargai energi cahaya; dst. Karena itu, Nyepi menjadi
inspirasi kepada seluruh dunia mengenai hemat energi dan penyelamatan
lingkungan. Ini jawaban saya untuk siapa saja yang menyoal nyepi dan merasa tak
nyaman saat berada di Bali. Dan ingatlah, Bali dan peradabannya, jauh ada
sebelum Indonesia ini ada, dan kami semua membagi keselamatan dengan perilaku
nyata. walau tak sempurna, namun kami yakin, udara, air, telinga anda, dan
banyak lagi yang lain, disegarkan dan menjadi bagian dari tubuh anda dalam
menyehatkan diri anda secara lahir dan batin, sehingga anda bisa melakukan
keyakinan anda masing-masing dengan lebih teguh dan kokoh. Inilah duka cita
saya, saat membaca hinaan, caci maki serta protes mengenai nyepi di medsos,
yang saya baca dengan kepedihan sekaligus merasa seharusnya; kita semua dapat
saling menjelaskan apa tujuan dan hakekat dari nyepi. Salam damai. (cok
sawitri, Singarsa, 2015, 22 maret)”
Semoga tulisan ini bermanfaat, bagi kita semua di
tahun baru Caka ini,
Maaf untuk kata kata yang tidak berkenan, tolong
disenyumi saja –
Komentar
Posting Komentar