Ujian Nasional Tak Sebangsa(t) Dulu

Tiada yang kekal selain perubahan, ~

UN a.k.a Ujian Negara alias Ujian Nasional sudah lama menjadi moment horor untuk para peserta didik. Sekian tahun sudah UN dilaksanakan kini Ujian Nasional (UN) mengalami beberapa perubahan yang sangat signifikan.

Kenapa dirubah?

powerrangger pun perlu berubah untuk bisa mengalahkan musuh mushnya - kata seorang kakek penjual cilok di depan sekolah, dan pemerintah pun mungkin punya pemikiran sama untuk perbaikan mutu pendidikan Indonesia. Menurut pemerintah UN diciptakan untuk membuang buang anggaran mendorong siswa agar senang belajar  berusaha menguasai teknik kerjasama kompetensi  yang diajarkan. Selain itu, UN juga diharapkan bisa memberi informasi yang mendetail dan menyeluruh tentang berapa banyak siswa yang menyontek capaian kompetensi siswa. Hasil akhirnya, UN bisa dipakai sebagai pertimbangan seleksi masuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi (lantai dua, tiga empat, lima,...) , serta bisa dipakai sebagai acuan prestasi antar propinsi. Kenyataannya, dengan sistem UN yang lama, siswa dan guru di sekolah jadi lebih berfokus pada nilai saja, bukan pada kompetensi. Karena kurang piknik siswa jadi panik ketika UN dan muncullah  berbagai tindak kreatif kecurangan yang menjadikan nilai siswa tidak seimbang sehingga capaian siswa akhirnya menjadi kurang lengkap dan terkesan tidak berguna. Hal ini pun menyebabkan hasil UN tak bisa secara maksimal dipakai untuk alat seleksi perguruan tinggi.

 Apa saja yang berubah?



  • Dulu waktu saya SMA (2001-2007),  UN bernama kalau tidak salah UNAS ( Ujian Nasional Akhir Sekolah) dan dipakai menentukan kelulusan dengan batas nilai minimum serta dengan 5 paket soal yang berbeda, sekarang UN tidak lagi menentukan kelulusan. Kelulusan peserta didik, ditentukan sepenuhnya oleh sekolah. Hal-hal yang menjadi pertimbangan kelulusan adalah capaian seluruh mata pelajaran, keterampilan, sikap dan perilaku siswa selama di sekolah. 


  • Mulai tahun 2015 , UN bisa ditempuh beberapa kali. Jadi kalau nilai UN belum mencapai standar nilai kompetensi yaitu diatas 55 , peserta didik bisa memperbaikinya dalam ujian perbaikan. 
  • UN sekarang wajib diambil minimal satu kali, dengan sistem UN yang baru sekarang, pemerintah akan lebih meningkatkan mutu soal, agar lebih ada proses pembelajaran yang mendalam. Pemerintah konon akan menyertakan survey dan kuisioner untuk mengidentifikasi faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan siswa. Ke depannya, boleh dong pemerintah punya angan angan untuk penggunaan CBT atau tes berbasis komputer saat UN diseluruh Indonesia meskipun banyak sekolah belum punya komputer dan listrik. Jadi nanti tidak ada lagi yang namanya contek contekan lagi kalau pakai CBT,  pengolahan hasil ujian juga bisa lebih efisien dan fleksibel. (selamat yang sudah UN CBT tahun ini, sekolah anda, saya yakin punya banyak komputer dan listrik serta internet)
  • Sertifikat hasil UN yang dikeluarkan oleh pemerintah, kini dilengkapi dengan tingkat capaian dan kompetensi, sehingga dari sertifikat itu capaian kompetensi siswa bisa lebih teridentifikasi dengan akurat.  Bila hasil yang diperoleh tidak memuaskan, UN bisa diulang melalui perbaikan pada bulan berikutnya (3 bulanan) atau  tahun depannya.  Harapannya, Surat Hasil Ujian Nasional (SHUN) yang dikeluarkan bisa lebih bermakna. 


  • UN kini dilakukan pada pertengahan semester akhir, bukan pada akhir semester akhir seperti dului. Dengan perubahan waktu pelaksanaan ini, peserta didik yang ingin mengulang hasil UN-nya bisa mengulangnya di tahun yang sama. 
  • dan kini UN juga mencerminkan indeks integritas sebuah sekolah, jujur atau tidak peserta didiknya, dan itu dianalisis dengan rumus rahasia tuan crab pemerintah.

GOODLUCK untuk para pejuang UN tahun ini, tahun depan dan tahun tahun berikutnya~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Serombotan Makanan Khas Klungkung

Guru Boleh Telat, Kenapa Siswa Tidak Boleh Telat?

Nyepi dan Secuil Kotorannya yang Perlu di Bersihkan #EarthHour #SaveBALI #SaveWorld